Selasa, 12 Oktober 2010

Tempat Wisata Di Mojokerto


Candi Tikus
Candi Tikus terletak di Dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Nama Candi Tikus diambil dari sejarah penemuannya pada tahun 1914, yaitu ketika desa tersebut diserang hama tikus. Saat pengejaran hama tikus tersebut, selalu masuk ke dalam gundukan tanah. Setelah diadakan pembongkaran, diketahui adanya sebuah candi. Maka oleh Bupati Mojokerto saat itu RAA Kromojoyo Adinegoro diperintahkan untuk melakukan penggalian. Setelah diadakan penggalian, ditemukan Candi Tikus ini yang terbuat dari bahan batu bata merah dengan ukuran 29,5 m x 28,25 m.










Candi Tikus diperkirakan dibangun pada abad 13 atau 14. Bangunan Candi Tikus berupa kolam pemandian (petirtaan). Bangunan utama terdiri dari dua tingkat. Beberapa arkeolog menghubungkan Candi Tikus ini dengan buku Nagarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M bahwa ada tempat mandi raja dan upacara-upacara tertentu di kolam-kolamnya.




Sedangkan menurut AJ Bernet Kempers seorang arkeolog Belanda dalam bukunya Ancient Indonesia Art (1954), Candi Tikus merupakan replika atau lambang Mahameru. Di tengah Candi Tikus terdapat miniatur empat buah candi kecil yang dianggap melambangkan Gunung Mahameru tempat para dewa bersemayam. Sedangkan sumber segala kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk air mengalir dari pancuran-pancuran yang terdapat di sepanjang kaki candi. Air ini dianggap sebagai air suci amerta, yaitu sumber segala kehidupan.Menurut kepercayaan Hindu, Gunung Mahameru merupakan tempat sumber air kehidupan, yang dipercaya mempunyai kekuatan magis dan dapat memberikan kesejahteraan. Menurut mitos air yang mengalir di Candi Tikus bersumber dari Gunung Mahameru.

Candi Tikus ini sempat dilakukan pemugaran pada tahun 1983-1986. Dari pemugaran ini diketahui bahwa Candi Tikus dibangun dalam dua tahap. Hal ini diketahui dari jenis batu bata merah yang digunakan. Tetapi kapan pembangunan tahap pertama dan kedua ini dilakukan, belum diketahui dengan pasti.































Gapura Bajang Ratu

Kalau kita berkunjung ke situs-situs sejarah, bisa dikata kita tidak akan mendapat penjelasan apapun, selain ditarik tiket masuk. Tapi lain dengan di Gapura Bajangratu ini. Ketika kita membayar tiket masuk, kita juga mendapatkan dua lembar kertas yang berisi penjelasan tentang Gapura Bajangratu. Dengan demikian pengunjung tidak saja melihat bangunan tersebut, tetapi dapat mengerti sedikit sejarah tentang Gapura Bajangratu. Seharusnya hal demikian diterapkan di situs-situs yang lain.

Gapura Bajangratu terletak kurang lebih 500 m dari Candi Tikus, tepatnya di desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Dilihat dari bentuknya gapura merupakan bangunan gerbang tipe padukraksa, yaitu gapura yang memiliki atap. Bahan utamanya adalah bata, kecuali lantai tangga serta ambang pintu yang dibuat dari batu andesit. Denah bangunan berbentuk segi empat berukuran 11,5 x 10,5 meter. Tingginya 16,5 meter dan lebar lorong pintu masuk 1,40 meter. Secara vertikal, gapura Bajangratu dapat dibagi menjadi tiga bagian: yaitu kaki, tubuh, dan atap. Selain itu gapura mempunyai sayap dan pagar tembok di kedua sisinya. Pada kaki gapura terdapat hiasan panil yang menggambarkan cerita Sri Tanjung. Di bagian atas tubuh terdapat ambang pintu yang di atasnya terdapat hiasan kala dengan hiasan sulur-suluran. Sedangkan bagian atapnya bentuknya bertingkat-tingkat dengan puncaknya berbentuk persegi. Pada atap tersebut terdapat hiasan berupa kepala kala diapit singa, relief matahari, naga berkaki, kepala garuda, dan relief bermata satu atau monocle cyclop. Relief-relief ini mempunyai fungsi sebagai pelindung atau penolak marabahaya. Pada sayap kanan garuda terdapat dinding berbentuk panil sempit dihias dengan relief cerita Ramayana yang digambarkan dengan perkelahian raksasa melawan kera. Bingkai kanan kiri diberi pahatan berupa binatang bertelinga panjang.


Nama Bajangratu pertama kali disebut dalam Oudheikunding Verslaag tahun 1915. Menurut para ahli yang telah melakukan penelitian bangunan ini, gapura Bajangratu dihubungkan dengan wafatnya Raja Jayanegara pada tahun 1328. Dalam kitab Pararaton disebutkan Raja Jayanegara wafat pada tahun 1328 "Sirata dhinarmeng kapopongan, bhisaka ring ernggapura pratista ring antawulan" menurut crom ernggapura dalam Pararaton sama dengan antarsasi dalam Negarakertagama, sehingga disimpulkan bahwa Dharma (tempat suci) Raja Jayanegara berada di Kapopongan alias ernggapura atau eriranggapura. Prastitannya (tempat suci) Raja Jayanegara berada di Trowulan. Dengan demikian fungsi gapura Bajangratu diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara, yang dalam Negarakertagama disebut kembali ke dunia wisnu 1328 saka.

Dugaan ini didukung oleh adanya relief Sri Tanjung dan sayap garuda yang mempunyai arti sebagai lambang pelepasan. Masa pendirian gapura ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi berdasarkan relief Ramayana, relief binatang bertelinga panjang, dan relief naga, diperkirakan gapura Bajangratu berasal dari abad XIII-XIV. Sejak didirikan, gapura ini belum dipugar. Kecuali usaha-usaha konsolidasi yang dilakukan pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1915. Pada tahun 1989 gapura Bajangratu mulai dipugar dan selesai tahun 1992.









Candu Brahu

Candi Brahu tersebut terbuat dari bata dan berasal dari masa empu Sendok Majapahit. Candi ini merupakan candi agama Budha, Candi Brahu tidak mempunyai hiasan hanya bagian atap terdapat sisa bagian dasar stupa.




Disekitar candi banyak ditemukan benda-benda yang juga menunjuk ciri-ciri Budhis. Menurut cerita rakyat Candi Brahu merupakan tempat disimpan abu para raja-raja Majapahit yaitu Brawijaya pembakaran raja-raja Majapahit diantaranya Brawijaya I,II,II dan IV. Setelah dibakar abunya kemudian disimpan di dalam goa yang terdapat dalam candi. Lokasi :Terletak di desa Bejijong Trowulan .






Candi Wringin Lawang









Candi ini diperkirakan sebagai pintu gerbang utama untuk masuk ke komplek kerajaan Majapahit. Bentuknya berupa gapura belah ( candi Bentar ). Bangunan ini terbuat dari batu bata dengan ukuran tinggi 13,7 m panjang 13 m lebar 11m.


Menurut cerita rakyat gapura Wringin Lawang merupakan salah satu bapura masuk ke alun-alun Mojopahit. Di dekat gapura dahulu juga dilengkapi dengan paseban,yaitu tempat menunggu bagi orang-orang yang akan sowan kepada raja. Candi ini dikenal dengan Candi Wringin Lawang, konon dulu didekat candi ini tumbuh dua pohon beringin berjajar yang besar. Candi ini terletak di Desa Jati Pasar, Kecamatan Trowulan, di tepi jalan Raya Surabaya, Jombang mudah dijangkau baik dengan angkutan umum atau kendaraan pribadi ataupun kendaraan roda dua(motor).


























Kolam Segaran

Bentuk bangunan berupa kolam raksasa dengan ukuran panjang 375 m dan tinggi 3,16 m dan lebar dinding kolam 1,6 m. Undak - undak untuk masuk ke kolam berada di sebelah barat, memiliki teras dengan ukuran panjang 10,4 meter dan lebarnya 8,4 meter.


Menurut cerita kolam ini sebagai tempat menjamu tamu - tamu khususnya para bangsawan kerajaan Majapahit. Untuk memamerkan kekayaannya pada para tamu kerajaan, sehabis menjamu peralatan makan seperti piring, sendok, cangkir, dan sebagainya, di buang ke dasar kolam ini. Candi ini dipugar pada tahun 1976 dan selesai tahun 1983. Lokasi bangunan terletak di desa Segaran Kecamatan Trowulan. Sangat mudah dicapai baik dengan transportasi umum maupun kendaraan pribadi.



Museum Trowulan








Bila mengunjungi Kabupaten Mojokerto, tak ada salahnya singgah sejenak di Museum Trowulan. Museum ini merupakan museum istimewa karena 80% koleksinya adalah peninggalan zaman Kerajaan Majapahit. Dalam pelajaran sejarah, Majapahit disebut sebagai kerajaan besar di Asia Tenggara yang berdiri pada 12 November 1293 dan bertahan selama 2 abad, dari abad ke-13 hingga abad ke-15. Ketika dipimpin oleh Gadjah Mada dan Hayam Wuruk, kerajaan ini mengalami masa kejayaannya sehingga berekspansi ke Malaysia dan Thailand.


Namun, setelah bergonta-ganti kekuasaan dan dilanda perang saudara yang dikenal dengan nama Perang Paregreg, kerajaan ini kemudian hancur. Ibukotanya beberapa kali mengalami perpindahan, dan yang terakhir di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.


Sebagai ibukota terakhir Kerajaan Majapahit, Kecamatan Trowulan kaya akan peninggalan-peninggalan berupa Gapura Bajang Ratu, Candi Kedaton, Candi Tikus, Kolam Segaran, dan lain-lain. Di samping itu, masih banyak peninggalan yang berupa komponen bangunan, artefak, dan arca-arca yang jumlahnya ribuan. Sisa-sisa puing Kerajaan Majapahit itulah yang kini berada di Museum Trowulan. Awal mula berdirinya museum ini adalah ketika RAA Kromojoyo Adinegoro, Bupati Mojokerto sebelum Indonesia merdeka, bekerja sama dengan Henricus Maclaine Pont, arsitek asal Belanda lulusan Technische Hogesholl Delft (THD), pada tanggal 24 April 1924 mendirikan Oudheeidkundige Vereeneging Majapahit (OVM). Perkumpulan ini secara aktif melakukan penelitian tentang keberadaan Istana Majapahit. Kantor OVM menempati sebuah gedung di Jalan Raya Trowulan yang juga menjadi tempat tinggal Henricus Maclaine Pont beserta keluarganya.

Melalui penelitian, penggalian, dan penemuan masyarakat setempat, OVM yang dipimpin Henricus Maclaine Pont cukup berhasil menyibak keanekaragaman peninggalan Kerajaan Majapahit. Benda-benda penemuan dikumpulkan di kantor OVM. Karena jumlah penemuannya terus bertambah, maka pada tahun 1926, Bupati RAA Kromojoyo Adinegoro menginstruksikan untuk membangun gedung baru guna menampung sejumlah peninggalan Kerajaan Majapahit. Gedung baru inilah yang merupakan cikal bakal Museum Trowulan. Namun, setelah pergantian kekuasaan dari penjajahan Belanda ke penjajahan Jepang, Henricus Maclaine Pont yang sebelumnya cukup berjasa dalam melestarikan peninggalan Kerajaan Majapahit, ditawan Jepang karena berkewarganegaraan Belanda. Akhirnya, Museum Trowulan pun ditutup. Barulah pada tahun 1943 atas perintah Prof. Kayashima, pemimpin Kantor Urusan Barang Kuno (KUBK) di Jakarta, Museum Trowulan dibuka kembali. Dalam perkembangannya, Museum Trowulan yang berada di bawah pengawasan Kantor Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional (KLPPN) Cabang II di Mojokerto tidak hanya mengumpulkan barang-barang peninggalan Kerajaan Majapahit asal Trowulan, tapi juga peninggalan-peninggalan kerajaan dari daerah lain. Karena itu jumlah koleksi Museum Trowulan pun makin meningkat dan akhirnya tidak muat lagi. Kemudian dibangunlah gedung baru lagi berlantai dua di sebuah lapangan, yang oleh masyarakat dikenal dengan nama Lapangan Bubat, dengan luas areal 57.255 meter persegi. Sejak 1 Juli 1987 barang-barang dari museum lama dipindah ke gedung baru yang jaraknya sekitar 2 km. Di lokasi inilah Museum Trowulan berdiri sampai sekarang. B. Keistimewaan Museum Trowulan mempunyai banyak koleksi benda bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1999 jumlah koleksinya kian bertambah, karena ada penambahan koleksi dari Gedung Arca Mojokerto. Hingga saat ini, tahun 2008, jumlah koleksi museum telah mencapai sekitar 80.000 koleksi benda purbakala, yang diklasifikasikan dari mulai periode prasejarah, periode klasik (zaman Hindu dan Buddha), periode Islam, hingga periode kolonial. Karena jumlah koleksi yang begitu banyak, museum ini pada tanggal 1 Januari 2007 ditetapkan sebagai Pusat Informasi Majapahit (PIM). Wisatawan yang mengunjungi museum ini dapat menyaksikan koleksi benda-benda peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit, di antaranya prasasti, arca, artefak, senjata tradisional, dan alat kesenian tradisional. Selain itu, pengunjung juga bisa belajar sejarah politik dan ekonomi pada masa Majapahit karena museum ini menyimpan relief, patung, uang kepeng, dan kelereng tanah liat, yang menggambarkan kegiatan perdagangan Majapahit dengan pedagang-pedagang dari Cina. Tak dipungkiri, Museum Trowulan adalah sebuah tempat yang menyimpan kekayaan sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit yang menjadikannya sebagai sarana pusat penelitian, pengembangan budaya, dan pendidikan yang bernilai sejarah.
Arca Wisnu Naik Gajah C. Lokasi Museum Trowulan berlokasi di Jalan Raya Trowulan, Dusun Unggahan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. D. Akses Akses menuju Museum Trowulan tidak terlalu sulit. Bagi wisatawan yang berangkat dari Terminal Bungurasih Surabaya dapat menggunakan bus umum jurusan Mojokerto. Dari Terminal Mojokerto pengunjung dapat menggunakan angkutan kota menuju Kecamatan Trowulan. Setelah sekitar 15 menit dan membayar ongkos sekitar Rp 2.000 (Juli 2008), pengunjung dapat turun di depan Museum Trowulan. Sedangkan bagi wisatawan yang berangkat dari Terminal Jombang dapat menggunakan mini bus jurusan Mojokerto, kemudian turun di depan Museum Trowulan dengan membayar ongkos sekitar Rp 7.500 (Juli 2008). E. Harga Tiket Wisatawan yang berkunjung ke museum ini dikenai biaya yang berbeda-beda. Untuk pengunjung umum dikenai biaya sebesar Rp 2.500, sedangkan untuk pengunjung anak-anak, pelajar, dan mahasiswa dikenai biaya sebesar Rp 1.000. Dan khusus untuk turis asing dikenai biaya sebesar Rp 5.000. Museum ini buka pada hari Senin hingga Sabtu, sedangkan untuk hari Minggu dan hari besar tutup. Untuk hari Senin hingga Kamis, museum buka pada pukul 07.30 sampai pukul 16.00 WIB. Sedangkan pada hari Jumat buka dari pukul 07.30 sampai pukul 11.30 WIB, dan pada hari Sabtu buka pada pukul 07.30 sampai pukul 13.30 WIB.
Pintu Masuk Museum Trowulan F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya Selain memamerkan benda-benda bersejarah jejak peninggalan Kerajaan Majapahit, museum ini juga menyediakan fasilitas penunjang, seperti ruang pertemuan, tempat shalat, taman, toilet, dan perpustakaan. Di perpustakaan museum ini terdapat berbagai buku sejarah, naskah kuno, jurnal, peta, dan koleksi lainnya yang berkaitan dengan Kerajaan Majapahit. Bagi wisatawan yang ingin menyusuri lebih jauh lokasi Kerajaan Majapahit, tidak perlu khawatir. Di sekitar museum ini terdapat Candi Gentong, Candi Brahu, Candi Minak Jinggo, Candi Tikus, Makam Putri Campa, Makam Siti Inggil, Kuburan Panjang, Situs Sumur, Kolam Segaran, Gapura Bajang Ratu, Situs Pemukiman Segaran, Situs Pendopo Agung, Situs Sentonorejo, Situs Kedaton, Situs Yoni Klinterejo, Gapura Wringin Lawang, dan Makam Troloyo. Situs Sumur dan Kolam Segaran, misalnya, yang jaraknya sekitar 300 meter dari Museum Trowulan, mencerminkan kesuburan dan kemampuan Kerajaan Majapahit dalam beradaptasi dengan lingkungan. Kesuburan tersebut juga dapat dilihat di Candi Tikus atau di Gapura Bajang Ratu, yang di sekitarnya dikelilingi halaman luas dengan hamparan rumput hijau.









Wisata Air Panas Padusan Pacet










Wisata Air Panas Padusan Mojokerto ini tepatnya terletak di desa Padusan, Pacet, Mojokerto. Rute menuju Padusan dapat dilalui dari arah pertigaan Krian belok kiri menuju arah Mojosari hingga terus masuk Kecamatan Pacet. Jarak yang ditempuh dari sini menuju Wisata Air Panas Padusan sekitar 4 km. Kalau dari arah Kota Mojokerto, sudah ada petunjuk jelas yang terpasang. Jika Anda dari Malang/Pandaan, Anda bisa lewat Prigen - Trawas. Lewat jalan ini lebih berkelok-kelok dibandingkan dengan lewat Krian.

Wisata Air Panas Padusan masuk dalam lokasi kawasan lereng Gunung Welirang, dimana daerah sekitar tumbuh subur pohon pinus. Daerah sekitar merupakan kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) R. Soeryo yang digunakan untuk lokasi bumi perkemahan. Anda bisa mengelilinginya dengan menggunakan kuda sewaan yang disediakan di depan Padusan.

Wisata Air Panas Padusan sudah dikelola secara profesional, bandingkan dengan Wisata Air Panas Tiris yang sudah saya posting. Di area Wisata Air Panas Padusan, selain air panas, juga terdapat kolam air biasa untuk dewasa dan anak-anak. begitu melewati pintu masuk, kita langsung dapat melihat kolam renang dewasa, sedangkan kolam renang anak ada di sebelah kanan dari pintu masuk. Sementara Air Panas padusan berada paling pojok sebelah kanan.

Air Panas Padusan ini dikelompokkan menjadi lima kolam, dua di bagian atas, dan tiga di bagian bawah. Masing-masing memiliki tingkat suhu yang berbeda. Anda bisa mencobanya satu-per satu. Saya sarankan Anda mulai dari yang paling rendah suhunya.

Bila Anda sudah puas berendam di Air Panas Padusan, Anda bisa belanja sayur-sayuran segar yang banyak dijual di depan pintu masuk. Atau Anda bisa mengunjungi Air Terjun Grenjengan yang berada satu lokasi dengan Air Panas Padusan. Atau bila Anda masih punya banyak waktu, Anda juga bisa mengunjungi Air Terjun Canggu yang letaknya hanya beberapa ratus menter dari pintu masuk.


Tampak luar Air Panas Padusan



Kolam renang untuk dewasa



Kolam renang anak-anak

Air Panas Padusan dilihat dari atas









Air Terjun Grenjengan

Air terjun Grenjengan berada satu lokasi dengan Air Panas Padusan, yaitu di lereng Gunung Welirang, tepatnya di desa Padusan, Pacet - Mojokerto. Dari pintu masuk utama kedua tempat wisata ini, langsung belok kanan ke arah jalan yang menanjak. Anda harus berjalan kurang lebih 1 km untuk mencapai Air Terjun Grenjengan.





Jalan yang dilalui kemiringannya sekitar 40 derajad, sehingga cukup membuat paha dan betis mengeras bila Anda tidak terbiasa berjalan di pegunungan. Jalan yang kita lalui juga bukan jalan mulus berplester semen, tetapi masih jalan yang alami.




Pada awalnya jalan cukup lebar. Kita bisa melihat di samping kiri jalan beberapa rusa sedang bermain di kandang. Setelah melewati tempat perkemahan yang ditumbuhi pohon karet, jalan semakin menyempit. Sebelah kanan kita tebing yang tinggi, sementara sebelah kiri sungai yang tertutupi oleh rimbunnya pepohonan. Semakin mendekati air terjun semakin sempit. Kalau kita bertemu dengan pejalan kaki yang lain arah, maka salah satu harus mengalah. Kalau menurut saya, hal ini cukup membahayakan.

Di sekitar air terjun, juga tidak ada tempat peristirahatan (gazebo) yang disediakan. Sayang rasanya kalau kita sudah melakukan perjalanan jauh ke air terjun ini, tetapi tidak bisa menikmati dengan santai, indahnya air terjun ini. Anda bisa bandingkan dengan penataan tempat istirahat di Air Terjun Putuk Truno yang cukup bagus. Rupanya pemerintah daerah terlalu terfokus ke Air Panas Padusan, sementara Air Terjun Grenjengan belum terjamah.







Wisata Air Terjun Dlundung







Salah satu tempat wisata atau tempat mengadakan outbond yang paling dekat dengan kota Surabaya adalah di Wana Wisata Dlundung Trawas. Wana wisata ini berada di desa Kemloko, Trawas - Mojokerto, tepatnya di kaki Gunung Bulak, 40km ke selatan dari pusat Mojokerto. Wana wisata ini memiliki area yang cukup luas untuk outbound dengan pemandangan yang indah di sekitarnya. Area berbukit menjadi nilai lebih. Sekitar 300m dari area utama terdapat air terjun yang cukup indah.





Untuk lapangan, mampu menampung sekitar 500-750 peserta dengan berbagai variasi kegiatan mulai dari fun game, jatuh bebas, jaring laba-laba, hingga flying fox. Untuk penginapan biasanya peserta lebih suka menggunakan tenda, sehingga nuansa outbound benar-benar terasa. Untuk hotel/cottage masih berjarak sekitar 2-3 km dari lokasi outbound.




Tempat yang asyik buat pacaran


"Segar sekali airnya..."Di lokasi ini sobat blogger dapat menikmati nuansa alam pegunungan yang sangat sejuk sehingga dapat membuat pikiran kita dari stres menjadi fresh. Untuk menuju lokasi air terjun Dlundung ini bisa dengan motor maupun mobil. Jika naik transportasi umum hanya sampai gang masuknya aja, perjalanan selanjutnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar satu kilometer dari gang masuknya, atau naik ojek.












Wisata Air Terjun Coban Canggu










Kalau kita berwisata ke Pacet, ada satu keuntungan yang bisa kita dapatkan. Dengan satu kali perjalanan, kita dapat mengunjungi langsung beberapa tempat wisata. Contohnya Coban Canggu, berada satu wilayah dengan Air Terjun Grenjengan dan Pemandian Air Panas Padusan. Sementara Pemandian Ubalan letaknya hanya beberapa ratus meter dari ketiga tempat wisata tersebut.





Air terjun Canggu terletak di desa Padusan, Pacet - Mojokerto. Dari pintu utama kurang lebih 50m ada tempat parkir motor dan mobil, setelah itu kita harus menuruni anak tangga yang cukup banyak untuk sampai di air terjun.






Air terjun ini cukup deras mengalir. Ketika kita berada di bawahnya cipratan air terasa sekali di wajah. Beningnya air yang mengalir, menggoda kita untuk mencuci muka, bahkan mandi. Rimbunnya pepohonan di sekitar semakin menambah sejuk alam sekitar.

Hanya sayang fasilitas gazebo dan kamar mandi tampak rusak tak terurus, mengurangi citra keindahan areal sekitar. Ketika kita naik untuk kembali ke tempat parkir, baru terasa capeknya. Tapi jangan kuatir, ada sebuah warung tempat istirahat yang cukup strategis. Sambil menyeruput kopi atau teh hangat setelah kedinginan main air, kita dapat melihat dari ketinggian pemandangan sekitar yang asri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar ^_^

Blog ArtikeL

Blog Tetangga