Selasa, 29 Maret 2011

5 KEBIASAAN HEBAT YANG MENGGAGALKAN…


Banyak orang ingin sukses dalam hidup. Tapi bukannya sukses yang didapat, tapi justru kegagalan demi kegagalan. Kenapa? Mungkin karena mereka tak cukup kuat untuk melawan kebiasaan hebat yang membuat mereka gagal.
 
Kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan berulang-ulang. Pengulangan itu membuat tindakan itu masuk dan berada di pikiran bawah sadar kita. Karena telah berada di pikiran bawah sadar, maka tindakan itu telah otomatis, dirasa enak, sulit diubah, menjadi program hidup, dan menentukan kesuksesan/kegagalan.
Saya memilih 5 kebiasaan buruk yang sangat hebat untuk membuat kita gagal.

1. Mencari Alasan
Kemajuan diraih karena usaha tepat yang cukup. Meski begitu, dalam perjalanannya banyak hambatan yang menghadang. Nah, banyak orang yang kemudian mencari alasan kenapa mereka tak melakukan usaha yang tepat dan cukup tersebut. 
“Saya nggak bisa sukses, karena memang saya masih muda, kan?” itulah alasan orang muda.
“Saya terlalu tua tuk memulai” itulah alasan orang tua.
“Saya tinggal di kampung, bagaimana mungkin saya bisa sukses?” itulah alasan orang kampung.
“Wah, di kota persaingannya terlalu ketat. Susah meraih sukses di kota” itulah alasan orang kota.

Mereka memilih menjadi korban. Bila anda masih suka mencari alasan, berhenti lah. Mulailah bertanggung jawab atas hidup anda. Bila anda salah, katakan salah. Akui dan bertanggung jawab lah.

2. Pembenaran
Pembenaran dilakukan untuk menutupi kelemahan dan kemalasan diri sendiri.
“Sudah tentu dia sukses, dia kan kaya, kalau saya kan miskin”
“Pendidikannya tinggi, pantas aja bisa maju, lha saya…?”
“Dia sih gurunya hebat, kalau saya nggak punya guru”
Belajar lah untuk menjadi benar. Orang benar tak perlu pembenaran.

3. Menyalahkan
“Atasan saya pemarah. Nggak suka bawahannya maju” itulah penyalahan karyawan atas prestasinya yang buruk.
“Staf saya malas-malas. Organisasi susah maju” itulah atasan yang menyalahkan bawahan atas kinerja organisasi yang buruk.
“Ayah saya tak memberikan teladan. Jadinya saya gagal deh” itulah penyalahan dan pembenaran seorang anak atas kegagalannya.

Menyalahkan orang lain atas kesalahan / kegagalan diri kita tampaknya menjadi pola dari banyak orang. Ini dilakukan karena mereka tak tahan menanggung kesakitan dari kesalahan / kegagalan tsb. Karena tak tahan sakitnya, maka ditimpakanlah kesakitan itu pada orang lain. Memang tidak rasional. Lawong yang salah kita, koq malah orang lain yang harus sakit. Apa obatnya? Tahan kesakitan. Jadilah manusia terhormat yang menjadi tuan atas diri kita sendiri.

4. Menunda
Menunda biasa dilakukan untuk tindakan yang harus kita lakukan (keharusan) karena kita sedang melakukan tindakan yang kita senangi (kesukaan).
Pernahkah anda menunda mandi, makan, beribadah, menyelesaikan tugas dan sebagainya karena anda sedang asyik Facebook-an? Keasyikan melakukan kesukaan, kita anggap lebih tinggi nilainya dibandingkan melakukan keharusan.
Bagaimana agar kita tak menunda? Sadari bahwa melakukan keharusan akan memberikan kenikmatan yang jauh lebih besar dari melakukan kesukaan. Ingat kata guru SD kita: “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian…”

5. Mudah Menyerah
Banyak orang gagal karena mereka menyerah – berhenti berusaha – justru ketika mereka membutuhkan satu usaha lagi untuk sukses. Bila dibutuhkan 1000 tetesan air agar batu jadi pecah, maka sang batu tidak akan pecah bila ditetesi air 999 kali. Karena kita tak tahu pada usaha ke berapa kita akan meraih sukses, maka berusahalah sampai sukses. Belajar lah dari pohon pisang yang terus tumbuh meski batangnya ditebas terus menerus. Kapan pohon pisang berhenti tumbuh? Ketika ia telah berbuah. Kita jelas lebih mulia dari pohon pisang. Kita akan terus berusaha sampai sukses dalam genggaman. Apakah setelah itu kita berhenti? Jelas tidak. Kita akan menetapkan sukses yang lebih besar, dan berusaha lagi tuk mencapainya. Karenanya niat yang kuat dibutuhkan. Masih ingat Rumus Keteguhan Niat? Yap…
Niat teguh = Keinginan * Kesiapan belajar * Kesiapan menghadapi masalah apapun.
(Untuk niat teguh ini ada note khususnya, silakan dinikmati juga…)

Sumber bacaan: Financial Revolution (Tung Desem Waringin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar ^_^

Blog Tetangga